Laman

Minggu, 25 September 2011

Sejarah Ikan Asin

Ikan asin.. oh.. ikan asin. Olahan ikan yang satu ini memang lezat disantap bersama sayur asem dan sambel terasi. Akan tetapi, tak sedikit orang yang menganggap makanan yang satu ini makanan orang susah. Yah, terlepas dari berbagai pendapat, makanan yang satu ini tetap saja makanan yang lezat.

Kali ini, Raye mau posting tentang sejarah ikan asin yang Raye ambil dari rangga-dwid.blogspot.com. Ok, langsung saja disimak.


Sejarah Ikan Asin

 

Siapa sih yang gak kenal ikan asin?lkan asin gak hanya digemari oleh masyarakat ekonomi kelas bawah, tetapi juga oleh golongan masyarakat kelas atas. lkan asin gak hanya populer di Indonesia, tetapi juga di negara Asia Tenggara lainnya dan negara-negara maju yang penduduknya mengkonsumsi nasi.Ikan asin adalah bahan makanan yang terbuat dari daging ikan yang diawetkan dengan menambahkan banyak garam. Dengan metode pengawetan ini daging ikan yang biasanya membusuk dalam waktu singkat dapat disimpan di suhu kamar untuk jangka waktu berbulan-bulan, walaupun biasanya harus ditutup rapat.

lkan asin memiliki cita rasa, aroma, dan tekstur yang sangat khas, apalagi setelah digoreng. Sulit mencari bahan pangan yang setara dengan ikan asin. Di seluruh Indonesia, ikan asin begitu populer sebagai lauk pauk yang lezat dan ternyata tidak hanya disantap sebagai pelengkap sayur asem atau nasi timbel, ikan asin dapat diolah menjadi aneka hidangan.

Ikan Cod asin pertama kali diproduksi di Kanada, Islandia, dan Norwegia, dan telah berlangsung selama lebih dari 500 tahun. Membentuk bahan tradisional masakan dari banyak negara di Atlantik. Tradisional di luar ruangan itu kering oleh angin dan matahari, tapi hari ini biasanya kering di dalam ruangan dengan bantuan pemanas listrik.

Proses pembuatan ikan asin

Beraneka jenis ikan yang biasa diasinkan, baik ikan darat maupun ikan laut. Ikan-ikan ini dikumpulkan dalam suatu wadah dan lalu ditaburi atau direndam dalam larutan garam pekat. Ikan-ikan yang besar biasanya dibelah atau dipotong-potong lebih dulu agar garam mudah meresap ke dalam daging.

Karena perbedaan kepekatan dan tekanan osmosis, kristal-kristal garam akan menarik cairan sel dalam daging ikan keluar dari tubuhnya. Sementara itu partikel garam meresap masuk ke dalam daging ikan. Proses ini berlangsung hingga tercapai keseimbangan konsentrasi garam di luar dan di dalam daging.

Konsentrasi garam yang tinggi dan menyusutnya cairan sel akan menghentikan proses autolisis dan menghambat pertumbuhan bakteri dalam daging ikan.

Setelah itu, ikan-ikan ini dijemur, direbus atau difermentasi untuk meningkatkan keawetannya. 


1 komentar: